PAHLAWAN
Salam,
4. Namun demikian, ada yang sememangnya pahlawan dengan darah kepahlawanan mengalir deras di dalam tubuhnya dan nasib menyebelahi dia apabila berlaku sesuatu yang memerlukan beliau berjuang habis-habisan untuk mempertahankan bangsa, agama dan tanahairnya sehingga kejayaannya itu menjadi kebanggaan bangsa, agama dan tanahairnya. Cuma kemunculannya itu sukar diramal siapa, bila, di mana dan bagaimana. Apakah ketika kemunculan Imam Mahdi nanti? Atau Hang Jebat yang sudah terkorban dan tidak ditabal sebagai pahlawan sebaliknya diistihar sebagai penderhaka?
5. Ada juga yang tidak dapat menjadi pahlawan tetapi menjadikan anak-anaknya sebagai pahlawan sepertimana yang berlaku ketika Sayyidina Umar Al Khattab dalam kempen membebaskan Parsi. Wanita itu al-Khans sahabat Nabi yang mempunyai empat anak lelaki dan kesemuanya dikirimkan bersama Khalifah Umar dalam pertempuran di al-Qadisiyyah sehingga kesemuanya syahid sebagai pahlawan. Al-Khans telah menjadi lambang ibu pahlawan. Bagaimana dengan kita yang bukan menjadi ibu pahlawan, bukan menjadi pahlawan, malah menjadi serigala yang mengkhianati pahlawan untuk mempertahankan musuh-musuh pahlawan. Kebenaran kata-kata Bung Karno kini dapat dibuktikan "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Wallahualam
SANI
1. Dalam buku Catatan Pinggir 1 atau disebut Caping, Goenawan Mohamad ada menyebut "Tak semua orang bisa jadi pahlawan. Juga tak semua pahlawan dimaksudkan untuk jadi pahlawan terus-menerus". Tidak menjadi pahlawan tidak bererti seseorang itu harus menjadi bacul. Bacul dalam mempertahankan agamanya, bacul dalam mempertahankan bangsa dan juga tanahair. Malah tidak kurang yang memilih menjadi bacul sehingga tidak mampu berkata benar, tidak berupaya menyatakan kesalahan yang perlu diperbetulkan, tidak ada kekuatan untuk menjadi diri sendiri hanya kerana bukan tidak bergelar pahlawan, tetapi sanggup menjadi hamba kepada manusia demi mengejar pangkat, jawatan dan habuan untuk memenuhi tembolok dan kantung yang tidak pernah penuh.
2. Ramai yang ingin bergelar pahlawan tetapi tidak mampu meraih gelaran itu mungkin kerana dia bukan tidak layak menjadi pahlawan, tetapi keadaan ketika dia masih hidup tidak menyebabkan kepahlawanan yang ada dalam dirinya diperlukan. Maka pahlawan itu meninggal dunia tanpa bergelar pahlawan. Sementara ada yang bukan pahlawan sejati tetapi keadaan pada ketika tertentu yang memerlukan dia berusaha sepenuh hati berjuang untuk menyelamatkan dirinya dan ketika dia terselamat, maka dia dijulang sebagai pahlawan. Mungkin benar seperti kata Dr Anis Matta dalam bukunya Mencari Pahlawan Indonesia, "Betapa banyak orang yang berbakat yang tidak menjadi pahlawan, karena tidak menemukan lingkungan dan memonetum historis yang mengakomodasikan bakatnya. Dan betapa banyak orang yang hidup di tengah lingkungan dan momentum historis yang memungkinkannya menjadi pahlawan, tetapi mereka tidak juga menjadi pahlawan. Karena mereka memang tidak berbakat".
3. Yang digelar pahlawan belum tentu pahlawan dan yang tidak digelar pahlawan mungkin dia lah pahlawan. Yang digelar pahlawan ada ketikanya hanya untuk membuktikan pemerintah menghargai pahlawan sedangkan pahlawan sebenar tidak pernah muncul. Yang tidak digelar pahlawan pula mungkin menjadi ancaman kepada pemerintah dan dianggap bahaya jika bergelar pahlawan yang akan mendapat sanjungan dan membayangi pemerintah sehingga pemerintah kelihatan berpakaian wanita dan pahlawan lebih dominan. Ini sesuatu yang paling digeruni pemerintah dan memilih untuk menjulang bukan pahlawan sebagai pahlawan asal saja pemerintah mendapat sokongan rakyat sebagai orang-orang yang punya harga diri dengan menghargai pahlawan. Kata-kata Bung Karno ketika pidato Hari Pahlawan pada tahun 1961, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya" mungkin membuat pemerintah bimbang kemunculan pahlawan sebenar. Maka untuk itu muncul lah pahlawan sintetik yang beruntung hasil propaganda dan 'false flag'.
2. Ramai yang ingin bergelar pahlawan tetapi tidak mampu meraih gelaran itu mungkin kerana dia bukan tidak layak menjadi pahlawan, tetapi keadaan ketika dia masih hidup tidak menyebabkan kepahlawanan yang ada dalam dirinya diperlukan. Maka pahlawan itu meninggal dunia tanpa bergelar pahlawan. Sementara ada yang bukan pahlawan sejati tetapi keadaan pada ketika tertentu yang memerlukan dia berusaha sepenuh hati berjuang untuk menyelamatkan dirinya dan ketika dia terselamat, maka dia dijulang sebagai pahlawan. Mungkin benar seperti kata Dr Anis Matta dalam bukunya Mencari Pahlawan Indonesia, "Betapa banyak orang yang berbakat yang tidak menjadi pahlawan, karena tidak menemukan lingkungan dan memonetum historis yang mengakomodasikan bakatnya. Dan betapa banyak orang yang hidup di tengah lingkungan dan momentum historis yang memungkinkannya menjadi pahlawan, tetapi mereka tidak juga menjadi pahlawan. Karena mereka memang tidak berbakat".
3. Yang digelar pahlawan belum tentu pahlawan dan yang tidak digelar pahlawan mungkin dia lah pahlawan. Yang digelar pahlawan ada ketikanya hanya untuk membuktikan pemerintah menghargai pahlawan sedangkan pahlawan sebenar tidak pernah muncul. Yang tidak digelar pahlawan pula mungkin menjadi ancaman kepada pemerintah dan dianggap bahaya jika bergelar pahlawan yang akan mendapat sanjungan dan membayangi pemerintah sehingga pemerintah kelihatan berpakaian wanita dan pahlawan lebih dominan. Ini sesuatu yang paling digeruni pemerintah dan memilih untuk menjulang bukan pahlawan sebagai pahlawan asal saja pemerintah mendapat sokongan rakyat sebagai orang-orang yang punya harga diri dengan menghargai pahlawan. Kata-kata Bung Karno ketika pidato Hari Pahlawan pada tahun 1961, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya" mungkin membuat pemerintah bimbang kemunculan pahlawan sebenar. Maka untuk itu muncul lah pahlawan sintetik yang beruntung hasil propaganda dan 'false flag'.
4. Namun demikian, ada yang sememangnya pahlawan dengan darah kepahlawanan mengalir deras di dalam tubuhnya dan nasib menyebelahi dia apabila berlaku sesuatu yang memerlukan beliau berjuang habis-habisan untuk mempertahankan bangsa, agama dan tanahairnya sehingga kejayaannya itu menjadi kebanggaan bangsa, agama dan tanahairnya. Cuma kemunculannya itu sukar diramal siapa, bila, di mana dan bagaimana. Apakah ketika kemunculan Imam Mahdi nanti? Atau Hang Jebat yang sudah terkorban dan tidak ditabal sebagai pahlawan sebaliknya diistihar sebagai penderhaka?
5. Ada juga yang tidak dapat menjadi pahlawan tetapi menjadikan anak-anaknya sebagai pahlawan sepertimana yang berlaku ketika Sayyidina Umar Al Khattab dalam kempen membebaskan Parsi. Wanita itu al-Khans sahabat Nabi yang mempunyai empat anak lelaki dan kesemuanya dikirimkan bersama Khalifah Umar dalam pertempuran di al-Qadisiyyah sehingga kesemuanya syahid sebagai pahlawan. Al-Khans telah menjadi lambang ibu pahlawan. Bagaimana dengan kita yang bukan menjadi ibu pahlawan, bukan menjadi pahlawan, malah menjadi serigala yang mengkhianati pahlawan untuk mempertahankan musuh-musuh pahlawan. Kebenaran kata-kata Bung Karno kini dapat dibuktikan "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Wallahualam
SANI
Comments
Post a Comment